Kamis, 05 Juli 2012

Laporan Anatomi Tumbuhan


KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu.

            Adapun judul dari laporan ini adalah “Anatomi Batang Monokotil Dan Dikotil” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Anatomi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis  tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Prof. Ir. J. A. Napitupulu, MSc., Ir. Dartius, MS., Ir. Meiriani, MP., dan Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP., selaku dosen mata kuliah Anatomi Tumbuhan serta abang dan kakak asisten Laboratorium Anatomi Tumbuhan yang telah banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dalam penyempurnaan laporan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

                                                                                                 Medan,  Mei 2011

                                                                                                        Penulis    


DAFTAR ISI
                                                                                                Hal.
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
          Latar Belakang........................................................................................ 1
          Tujuan Penulisan..................................................................................... 3
          Kegunaan Penulisan................................................................................ 3      
TINJAUAN PUSTAKA
         Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.)................................................... 4
         Botani Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)..................................... 6
         Anatomi Batang Monokotil dan Dikotil................................................. 7
BAHAN DAN METODE
         Tempat dan Waktu Percobaan................................................................. 13
         Bahan dan Alat........................................................................................ 13
         Prosedur Percobaan................................................................................. 14
HASIL DAN PEMBAHASAN
         Hasil......................................................................................................... 15
         Pembahasan............................................................................................. 18
KESIMPULAN DAN SARAN
        Kesimpulan............................................................................................... 21
        Saran......................................................................................................... 21
DAFTAR  PUSTAKA
LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dasar-dasar ilmu botani modern baru diletakkan pada abad ke XVII dan XVIII, yaitu dengan dapat dijelaskannya hal-hal yang ganjil dan yang belum jelas sebelumnya dengan cara melakukan percobaan dan penelitian-penelitian sehingga terungkaplah hukum-hukum dasar  mengenai dunia tumbuh-tumbuhan. Cabang ilmu botani, misalnya anatomi yaitu ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan bagian dalam dari tumbuh-tumbuhan, baru berkembang dengan penemuan  mikroskop oleh Leuwenhoek. Dan pada saat ini dengan sudah ditemukannya mikroskop elektron yang sangat tinggi pembesarannya (10000 x) dan “phrase contrast microscopeyang dapat membuat bagian hidup terlihat secara kontras maka terbukalah lapangan yang masih sangat luas bagi para ahli anatomi terlebih-lebih para cytologist (Napitupulu, 1982).
            Tubuh tumbuhan terdiri atas batang yang berperan dalam menyangga posisi daun, melakukan fotosintesis (terutama pada tumbuhan herba yang batangnya tidak berkayu), mentransfer zat-zat mentah dan produk-produk fotosintesis primer dan sekunder yang telah selesai dibuat, dan menyimpan zat-zat makanan (Fried dan Hademenos, 2007).
            Sebagai bagian tubuh tumbuhan, batang mempunyai tugas untuk mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah yaitu daun, bunga, dan buah ; dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi, dan menempatkan bagian-bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa, hingga dari segi kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling menguntungkan ; jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah ; menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan (Tjitrosoepomo, 2007).
            Apabila kita melihat perkembangan dari batang (onthogeny) maka akan terlihat pada ujung-ujungnya terdapat sel-sel apical yang terus membelah yang membentuk primordia bagian-bagian lain. Apical initial ini akan membentuk sel-sel yang serupa yang disebut promeristem. Sel-sel promeristem mulai akan mengalami diferensiasi dengan terjadinya perubahan-perubahan besar, bentuk, tebal dinding sel,dll, dan kemudian berubah menjadi sel-sel permanen. Semakin tua bagian batang semakin lengkap susunannya. Cabang-cabang umumnya terjadi pada jaringan-jaringan primer (Napitupulu, 1982).
            Floem mengangkut zat-zat makanan yang disintesis di daun menuju seluruh bagian tumbuhan. Berbagai zat bergerak sepanjang protoplasma floem, tetapi yang paling banyak biasanya adalah sukrosa. Sel-sel floem tetap hidup saat melaksanakan fungsi transpornya. Sukrosa, fruktosa, dan asam amino biasanya bergerak dari daun menuju batang dan akar tumbuhan melalui tabung tapis floem dalam suatu proses yang dikenal sebagai translokasi. Konsentrasi yang tinggi dari gula atau zat terlarut lainnya dalam suatu kompartemen sumber menyebabkan pergerakan air menuju kompartemen tersebut melalui osmosis. Terdapat suatu gradien sukrosa di sepanjang floem, dan air menggerakkan zat-zat terlarut sepanjang tabung tapis yang sambung-menyambung (Fried dan Hademenos, 2007).
            Pada daerah yang disebut bermusim dingin, aktivitas kambium hanya berlangsung selama musim semi dan musim panas. Pada musim semi dan panas kambium lebih aktif dan membentuk sejumlah besar buluh di dalam ruang yang luas. Penambahan buluh diperlukan untuk transpor cairan yang pada saat itu untuk memberi makan daun yang bertambah jumlahnya. Pada musim dingin daun gugur, terjadi pengurangan kegunaan buluh untuk transpor cairan, kambium kurang aktif dan memberikan pertambahan buluh noktah yang sempit, trakeida, dan serabut kayu (Setjo dkk, 1999).
Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui perbedaan anatomi batang monokotil pada tanaman jagung (Zea mays L.) dan anatomi batang dikotil pada tanaman mangga (Mangifera indica L.).
Kegunaan Penulisan
            Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di laboratorium Anatomi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Adapun tanaman jagung (Zea mays L.) dalam Warisno (1998) diklasifikasikan dalam kingdom plantae, divisio spermatophyta, subdivisio angiospermae, kelas monocotyledoneae, ordo graminales, famili graminaceae, genus Zea, dan spesies Zea mays L.
            Akar primer memulai pertumbuhan tanaman. Kelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan tumbuh menyamping. Akar yang tumbuh relatif dangkal ini merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat lebat yang member hara pada tanaman. Akar layang penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak. Akar ini tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang sebelum masuk ke tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
            Sistem perakaran tanaman jagung terdiri dari akar-akar seminal, koronal, dan akar udara. Pertumbuhan akar seminal pada umumnya menuju arah bawah, berjumlah 3-5 akar. Akar koronal tumbuh dari bagian dasar pangkal batang, tumbuh kearah atas dari jaringan batang setelah plumula muncul. Akar udara untuk memperkokoh batang terhadap kerebahan dan berperan dalam proses asimilasi (Rukmana, 2003).
            Batang tanaman jagung bulat silindris, padat, dan berisi berkas-berkas pembuluh. Batang tanaman jagung beruas-ruas, dan pada bagian pangkal batang beruas cukup pendek dengan jumlah sekitar 8-20 ruas. Rata-rata tinggi tanaman jagung ± 1-3 meter di atas permukaan tanah. Batang tanaman jagung dapat tumbuh membesar dengan diameter sekitar 3-4 cm (Warisno, 1998).
            Batang tertekan, massif, pada pangkal kerap kali dengan akar tunjang, tidak berkembang baik. Pada ujung batang terkumpul anak bulir yang jantan yang tersusun secara rapat (Steenis, 2003).
            Daun jagung tumbuh melekat pada buku-buku batang. Bagian permukaan daun berbulu, dan terdiri atas sel-sel bulifor. Bagian bawah tidak berbulu. Jumlah daun tiap tanaman (pohon) bervariasi antara 8-48 helai. Letak daun pada batang termasuk daun duduk bersilangan (Rukmana, 2003).
            Pada lidah daun (ligula) setiap pelepah daun kemudian membengkok menjauhi batang sebagai daun yang panjang, luas, dan melengkung. Lembar daun berselang-seling dan bentuknya rumput. Daun panjang ini memiliki lebar agak seragam, dan tulang daunnya terlihat jelas, dengan banyak daun kecil sejajar dengan panjang daun (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
            Bunga jantan dan bunga betina pada tanaman jagung letaknya terpisah. Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol jagung. Bunga betina dibungkus oleh kelopak-kelopak bunga yang jumlahnya sekitar 6-14 helai, terdapat sejumlah rambut yang ujungnya membelah dua dan jumlahnya cukup banyak (Warisno, 1998).
            Tanaman jagumg berumah satu (monoecius). Tanaman jagung bersifat protandry, yaitu bunga jantan matang terlebih dahulu 1-2 hari dari pada bunga betina. Letak bunga jantan dan betina terpisah, sehingga penyerbukan tanaman jagung bersifat menyerbuk silng/cross pollination (Rukmana, 2003).
            Bakal buah berbentuk telur. Buah masak kuning atau ungu. Panjang tongkol yang masak 8-20 cm. Biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris (Steenis, 2003).
            Buah jagung terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna, dan kandungan endosperm yang bervariasi. Biji jagung terdiri tas tiga bagian utama yaitu kulit biji (seed coat), endosperm, dan embrio (Rukmana, 2003).
Botani Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)
Adapun tanaman mangga (Mangifera indica L.) dalam Steenis (2003) diklasifikasikan dalam kingdom plantae, divisio spermatophyta, subdivisio angiospermae, kelas dicotyledoneae, ordo anacardiales, famili anacardiaceae, genus Mangifera, dan spesies Mangifera indica L.
Akar tunggang tanaman mangga sangat panjang, dapat mencapai 6 m dalamnya. Sesudah fase akar tunggang berhenti, lalu terbentuk akar cabang di bawah permukaan tanah. Jumlah akar cabang makin ke bawah makin sedikit. Paling banyak akar cabang terdapat pada kedalaman 30-60 cm di bawah permukaan tanah (Pracaya, 2008).
            Batang pohon mangga tegak, berdahan, bercabang, dan beranting banyak. Cabang dan ranting mangga berdaun lebat sehingga membentuk tajuk berbentuk kubah, oval, atau memanjang. Batang tanaman mangga padat, kuat, dan tinggi (Sunarjono, 2000).
Daun mangga sederhana bentuknya, tidak berlidah daun (ligula), ukuran daunnya bervariasi dari beberapa sentimeter hingga desimeter. Daun tumbuh serempak. Tepi daun halus, kadang-kadang sedikit bergelombang. Permukaan daun bagian atas hijau mengkilat, bagian bawah hijau muda (Ashari, 1995).
Bunga mangga terangkai dalam tandan sebagai bunga majemuk, tumbuh dari tunas ujung. Bunga mangga merupakan hermaprodit (berkelamin dua, jantan dan betina). Kelopak dan mahkota bejumlah lima. Panjang daun mahkota bunga dua kali panjang kelopak bunga. Warna bunga kuning pucat. Benang sari ada lima. Kepala putik berwarna kemerah-merahan. Masa bunga berlangsung selama 11-29 hari (Pracaya, 2008).
Buah mangga merupakan buah buni, mengandung resin, mesokarpnya berdaging dan bagian ini dinamakan daging buah mangga, sedangkan endocarpnya berserabut kuat. Buah mangga relatif besar, bentuknya bulat sampai panjang. Buah yang matang berwarna merah,kuning, atau hijau kebiruan, dan aromanya harum. Daging buah tebal dan lunak (Sunarjono, 2000).
Biji tanaman mangga besar, gepeng, berkulit tebal dan liat. Biji diliputi oleh daging yang tebal dan lunak. Bijinya sebagai alat perkembangbiakan secara generatif. Biji berwarna putih tertutup oleh endocarp yang tebal, mengayu, dan berserat. Biji ini terdiri dari dua keping yaitu monoembrional (satu biji tumbuh satu tunas) dan poliembrional (satu biji tumbuh lebih dari satu tunas) (Ashari, 1995).
Anatomi Batang Monokotil Dan Dikotil
            Bagian dari aksis tumbuhan yang menopang daun dan organ reproduktif, dan biasanya terletak di permukaan tanah disebut batang. Secara umum batang memiliki stele dengan xylem dan floem, perisikel, endodermis, korteks, dan epidermis. Pada batang berkas xylem dan floem terletak bersebelahan dan dalam radius yang sama. Pada organ batang terdapat tiga bagian pokok yang berkembang dari jaringan protoderm, prokambium, dan meristem dasar, yaitu epidermis dan derivatnya, korteks dan stele. Ketiga bagian tersebut akan tampak jelas pada tumbuhan dikotil, sedangkan pada tumbuhan monokotil batas antara korteks dan stele kurang jelas (Nugroho dkk, 2005).
            Epidermis tersusun dari selapis sel dan merupakan lapis terluar batang. Epidermis mempunyai stomata dan menghasilkan berbagai tipe trikoma. Sel epidermis biasanya berbentuk rektanguler tersusun rapat tanpa adanya ruang antar sel, dinding luar mengalami penebalan dari zat kutin. Derivat epidermis yang dapat dijumpai adalah stomata, trikoma, sel silika dan sel gabus. Stomata kelak berkembang menjadi lentisel (Taggart and Star, 2000).
            Daerah korteks terutama tersusun oleh parenkim sebagai jaringan dasar, di daerah perifer kadang dijumpai kolenkim yang berkelompok atau membentuk lingkaran tertutup. Bagian korteks yang paling dalam disebut floetherma. Korteks batang adalah daerah berbentuk silinder di antara epidermis dan silinder pembuluh. Korteks dapat terdiri dari seluruhnya atas jaringan tipis. Korteks batang dapat berisikan sklereid, sel sekresi, dan latisifier (Raven et.al, 2008).
            Stele merupakan daerah di sebelah dalam dari endodermis  yang terdiri atas perikambium, parenkim, dan berkas pengangkut. Berdasarkan tipe berkas pengangkut, ada tidaknya empelur, dan jendela daun maka stele dapat dibagi menjadi protostele, sifonostele, diktiostele, eustele, dan ataktostele. Stele merupakan sistem jaringan primer yang terdiri atas satuan berkas pengangkut beserta jaringan dasar pendukungnya (misalnya empelur, perisikel, jaringan interfasikular), baik tersusun secara sederhana maupun kompleks (Setjo dkk, 1999).
            Xylem (pembuluh kayu) meliputi trachea dan tracheid dan berfungsi mengangkut bahan mineral dan air dari akar sampai daun. Floem berfungsi mengangkut bahan-bahan dari bagian atas ke bagian bawah, jelasnya dari daun ke bagian organ lainnya, seperti batang, akar, atau umbi. Xylem dan floem membentuk berkas pengangkutan (Kartasapoetra, 1991).
            Struktur batang monokotil berbeda dengan struktur batang dikotil. Pada monokotil, jaringan-jaringan pembuluh biasanya tersusun dalam berkas-berkas terpisah. Akibat penyebaran berkas-berkas pembuluh yang berserakan ini, tidak dapat dibedakan antara empelur dan korteks (Tjitrosomo, 1983).
            Semua sel pada untaian prokambium menjadi dewasa ke dalam xylem dan floem, karena itu kambium tidak ada. Kambium berasal dari bagian dalam korteks dan tidak membentuk floem ke luar dan xylem ke dalam sebagaimana lazimnya. Karena tidak adanya meristem lateral, jaringan batang monokotil asalnya primer. Tidak adanya pertumbuhan sekunder menyebabkan batang-batang monokotil berbentuk kolumnar dan bukannya meruncing. Pada umumnya monokotil tidak mempunyai pertumbuhan sekunder dari kambium pembuluh tetapi batangnya dapat berkembang menjadi tebal. Penebalan ini berasal dari pembelahan dan pembesaran sel parenkim dasar disebut pertumbuhan sekunder menebal (diffuse) (Mulyani, 2006).
            Pada kebanyakan monokotil, sistem pembuluh primer terdiri atas sejumlah besar ikatan yang menyebar secara tidak beraturan dan pada sistem itu tidak memungkinkan membedakan secara jelas batas antara korteks, silinder pembuluh dan empelur. Pada beberapa monokotiledon, endodermis dengan dinding sel sekunder yang khas dapat dirangsang sampai sejumlah besar pengaruh faktor-faktor luar (Soediarto dkk, 1965).
            Pada umumnya batang tumbuhan dikotiledon identik dengan dijumpai pada batang-batang berkayu dikot dan kambium yang berfungsi. Jaringan pembuluh primer batang dikot dapat membentuk suatu silinder yang kontinu. Berkas-berkas tersebut membentuk kambium fasikular dan sesudah itu disatukan oleh perkembangan kambium interfasikular. Umumnya terbentuk suatu silinder pembuluh lengkap yang terdiri dari jaringan-jaringan sekunder (Tjitrosomo, 1983).
            Jaringan berkas pengangkut primer pada tumbuhan dikotiledoneae yang berasal dari sel-sel perikambium hanya berfungsi pada saat tumbuhan dalam fase perkembangan, kemudian fungsi pengangkutan digantikan oleh jaringan berkas pengangkut sekunder yang dihasilkan oleh kambium vaskular. Akibat adanya pertumbuhan menebal sekunder ini fungsi epidermis sebagai jaringan pelindung digantikan oleh kambium gabus (Nugroho dkk, 2005).
            Berkas pengangkutan pada batang dikotil tertata dalam bentuk garios besarnya sebagai lingkaran yang putus-putus. Setiap berkas vaskular terdiri atas tiga bagian yaitu xylem, floem, dan kambium. Xylem dan floem dipisahkan oleh kambium yang tersusun dari sel-sel yang meristematik. Pada tumbuhan dikotil jaringan permanen primer membuat bagian-bagian fundamental tumbuhan, dan pertumbuhan berikutnya dilaksanakan melalui aktivitas kambium yang disebut pertumbuhan sekunder. Jaringan yang terbentuk selama pertumbuhan sekunder disebut jaringan sekunder (Setjo dkk, 1999).
            Berkas vaskular batang dikotil biasanya kolateral terbuka dan tersusun teratur dalam lingkaran. Berkas vaskular itu mengandung selapis sel kambium yang memisahkan xylem dan floem yang disebut kambium fasikular, yaitu kambium yang berada di dalam berkas vaskular (Soediarto dkk, 1965).
            Susunan penampang melintang batang monokotil terdiri atas epidermis, korteks, berkas pembuluh (vascular bundle) yang terdiri dari xylem dan floem, endodermis yang berupa sklerenkim yang terdiri dari sel-sel yang mati, dan empelur. Pada tumbuhan monokotil, korteks kadang terdiferensiasi secara baik atau kadang-kadang sempit bahkan tidak dapat dibedakan dengan stele. Pada tumbuhan monocotyledoneae dan beberapa jenis lainnya, sel penyusun prokambium berdiferensiasi menjadi jaringan berkas pengangkut primer (Nugroho dkk, 2005).
            Pada batang dikotil tubuh sekunder dibentuk dari pertumbuhan sekunder dengan penambahan jaringan-jaringan sekunder pada tubuh-tubuh primer. Kambium berasal dari prokambium yang terus meristematis. Kambium yang terjadi dari prokambium ini disebut kambium fasikular. Sedangkan kambium yang terjadi dari interfasikular parenkim disebut kambium interfasikular (Napitupulu, 1982). 
Batang dikotil ada tiga daerah yang dapat dibedakan yaitu epidermis, korteks, dan stele. Lapisan terdalam korteks adalah endodermis, terdiri atas selapis sel yang mengelilingi stele dan mengandung banyak butir tepung. Stele terdiri atas tiga daerah pokok yaitu perisikel, berkas vaskular, dan empelur. Berkas vaskular terdiri atas tiga bagian yaitu xylem, floem, dan kambium. Pita kambium terletak di antara berkas vaskular yang berdekatan disebut kambium interfasikular (Setjo dkk, 1999). 
            Batang berperan dalam menyangga posisi daun, melakukan fotosintesis, mentraspor zat-zat mentah dan produk-produk fotosintesis primer dan sekunder yang telah selesai dibuat, dan menyimpan zat-zat makanan. Batang dan cabang-cabangnya menyusun bagian tumbuhan yang disebut shoot (taruk). Batang yang biasanya hijau melakukan fotosintesis dengan bantuan sel-sel korteks yang mengandung sedikit kloroplas. Batang herba umumnya memiliki stomata. Karena daun paling banyak terdapat di daerah yang jauh dari batang pohon, aliran floem pada umumnya mengarah ke batang (Raven et.al, 2008).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
            Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut. Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis 21 April 2011 pada pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat
            Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang tanaman jagung (Zea mays L.) dan batang tanaman mangga ( Mangifera indica L.) sebagai objek percobaan, lilin paravin sebagai media preparat basah batang, xylot untuk membersihkan lensa agar pengamatan mudah dilakukan, tissue digunakan sebagai pembersih, aluminium foil digunakan sebagai tempat untuk mencetak lilin, spiritus sebagai bahan bakar saat memasak lilin, immersion oil, combo red digunakan untuk memperjelas bagian sel yang ingin diamati, selotip digunakan untuk memindahkan atau menempelkan objek pengamatan ke preparat dan digunakan untuk menyambung cetakan.
            Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah bunsen sebagai wadah bahan bakar (spiritus) saat memasak lilin, backer glass sebagai wadah memasak lilin, batu bata untuk menjaga munsen agar api mencapai dasar backer glass, kaki tiga yang digunakan untuk menopang backer glass saat memasak lilin paravin, gunting yang digunakan untuk memotong organ tanaman, pengaduk untuk mengaduk lilin agar mencair merata, mikroton digunakan untuk memotong lilin, preparat untuk meletakkan organ percobaan, mikroskop untuk mengamati objek, kain serbet sebagai pembersih,  planel untuk membersihkan kaca mikroskop, alat tulis untuk menggambar hasil pengamatan.
Prosedur Percobaan
-        Disediakan bahan dan alat yang digunakan pada percobaan.
-        Dibuat cetakan yang berbentuk kubus yang terbuat dari aluminium foil.
-        Dipanaskan lilin parafin hingga meleleh secara merata, kemudian dituangkan dalam cetakan.
-        Didiamkan lilin hingga dingin dan membeku.
-       Diletakkan organ tanaman di atas lilin.
-        Dituangkan sisa lilin pada bagian atas organ tanaman hingga tertutup seluruh permukaannya.
-        Didiamkan hingga mengeras dan membeku.
-        Dipotong lilin yang sudah jadi dengan mikroton.
-       Diambil bagian yang tipis dan diletakkan pada preparat.
-       Ditambahkan immursion oil dan combo red.
-       Diletakkan pada meja mikroskop untuk diamati.
-       Digambar hasil pengamatan pada  buku gambar.
Keterangan :
  1. Backer Glass
  2. Lilin Paravin
  3. Kaki Tiga
  4. Bunsen
  5. Spiritus
  6. Batu Bata
 
                                                                                      
1
 
                                                                              
2
 
                                                                                
3
 
                                                                                    
4
 
5
 
                                                                             








Add caption
 


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1.  Gambar Penampang Melintang Batang Jagung (Stem of Zea mays L.)


10 x 40
 











2.  Gambar Penampang Melintang Batang Mangga (Stem of Mangifera indica L.)












10 x 40
 




 



 

 




3. Gambar Penampang Melintang Batang Monokotil (Stem of monocotyl)
 
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    
                                                                                                                        1                            
                                                                                                                        2
                                                                                                                        3
                                                                                                                        4
                                                                                                                        5

                                                                                                                        6
                                                                                                                        7




10 x 40
 
 


Keterangan :
1.Epidermis
2.Korteks
3.Xylem
4.Schlerenchym                                                                           
5.Empelur
6.Berkas pembuluh
7.Floem


4. Gambar Penampang Melintang Batang Dikotil (Stem of dicotyl)

                                                                                                                                                                1                                                                                                                                  2                                                                                                                                              3                                                                                                                                                                                                                                                                     4                      

                                                                                                                        5
                                                                                                                        6         
                                                                                                           
8
 
                                                                                                                        7


 

                                                                                                                       

10 x 40
 
 


Keterangan :
1.      Epidermis
2.      Kambium Inter fasicular
3.      Floem primer
4.      Floem sekunder
5.      Empelur
6.      Xylem sekunder
7.      Xylem primer
8.      Berkas pembuluh

Pembahasan
Pada batang monokotil endodermis di bawah sklerenkim, pembuluh angkut terbesar dan tidak memiliki jari-jari, biasanya tidak ada kambium dan empelur tidak dapat dibedakan dengan korteks. Sedangkan pada batang dikotil, hipokotil berupa kolenkim, pembuluh angkut tersusun teratur dalam lingkaran, jari-jari empelur berupa lingkaran, parenkim di antara pengangkut dan dapat dibedakan dengan empelur.
Fungsi batang secara anatomi adalah menyusun bagian tumbuhan yang disebut shoot (taruk), mentranspor zat hara dan mendukung bagian tumbuhan lainnya. Hal ini sesuai dengan literatur Raven et.al (2008) yang menyatakan bahwa batang berperan dalam menyangga posisi daun, melakukan fotosintesis, mentraspor zat-zat mentah dan produk-produk fotosintesis primer dan sekunder yang telah selesai dibuat, dan menyimpan zat-zat makanan. Karena daun paling banyak terdapat di daerah yang jauh dari batang pohon, aliran floem pada umumnya mengarah ke batang.
Secara anatomi batang monokotil terdiri atas epidermis, korteks, sklerenkim, xylem dan floem, empelur, dan berkas pembuluh. Hal ini sesuai dengan literatur Nugroho dkk (2005) yang menyatakan bahwa susunan penampang melintang batang monokotil terdiri atas epidermis, korteks, berkas pembuluh (vascular bundle) yang terdiri dari xylem dan floem, endodermis yang berupa sklerenkim yang terdiri dari sel-sel yang mati, dan empelur.
Batang dikotil secara anatomi terdiri dari epidermis, korteks, sklerenkim, xylem primer dan sekunder, floem primer dan sekunder, berkas pembuluh, kambium interfasikular, dan empelur. Hal ini sesuai dengan literatur Setjo dkk (1999) yang menyatakan bahwa batang dikotil ada tiga daerah yang dapat dibedakan yaitu epidermis, korteks, dan stele. Stele terdiri atas tiga daerah pokok yaitu perisikel, berkas vaskular, dan empelur. Berkas vaskular terdiri atas tiga bagian yaitu xylem, floem, dan kambium.
            Batang monokotil dan dikotil dibedakan atas pertumbuhan primer dan sekunder. Batang monokotil tidak mengalami pertumbuhan sekunder. Hal ini sesuai dengan literatur Mulyani (2006) yang menyatakan bahwa karena tidak adanya meristem lateral, jaringan batang monokotil asalnya primer. Tidak adanya pertumbuhan sekunder menyebabkan batang monokotil berbentuk kolumnar dan bukannya meruncing.
            Batang dikotil mengalami pertumbuhan sekunder yang dilaksanakan oleh aktivitas kambium membentuk xylem sekunder dan floem sekunder. Hal ini sesuai dengan literature Setjo dkk (1999) yang menyatakan bahwa pada tumbuhan dikotil jaringan permanen primer membuat bagian-bagian fundamental tumbuhan, dan pertumbuhan berikutnya dilaksanakan melalui aktivitas kambium yang disebut pertumbuhan sekunder. Jaringan yang terbentuk selama pertumbuhan sekunder disebut jaringan sekunder.
            Perbedaan anatomi batang monokotil dan dikotil lainnya adalah letak berkas pengangkut. Pada batang monokotil berkas pengangkut tersusun secara menyebar dan tidak beraturan. Hal ini sesuai dengan literatur Soediarto dkk (1965) yang menyatakan bahwa pada kebanyakan monokotil, sistem pembuluh primer terdiri atas sejumlah besar ikatan yang menyebar secara tidak beraturan dan pada sistem itu tidak mungkin membedakan secara jelas batas antara korteks, silinder pembuluh, dan empelur.
            Sedangkan pada batang dikotil, berkas pengangkutan tersusun teratur dalam lingkaran dan terdiri atas xylem, floem, dan kambium. Hal ini sesuai dengan literatur Soediarto dkk (1965) yang menyatakan bahwa berkas vaskular batang dikotil biasanya kolateral terbuka dan tersusun teratur dalam lingkaran. Setiap berkas vaskular terdiri atas tiga bagian, yaitu xylem, floem, dan kambium.
            Perbedaan lainnya adalah ada tidaknya kambium. Batang monokotil tidak memiliki kambium karena tidak mengalami pertumbuhan sekunder. Hal ini sesuai dengan literatur Mulyani (2006) yang menyatakan bahwa pada tumbuhan monokotil semua sel pada untaian prokambium menjadi dewasa ke dalam xylem dan floem, karena itu kambium tidak ada, tidak membentuk floem ke luar dan xylem ke dalam sebagaimana lazimnya.
            Batang dikotil memiliki kambium dan kambium tersebut mengadakan aktivitas pertumbuhan sekunder. Hal ini sesuai dengan literatur Setjo dkk (1999) yang menyatakan bahwa xylem dan floem dipisahkan oleh lapisan kambium yang tersusun dari sel-sel meristematik. Pertumbuhan sekunder dilaksanakan melalui aktivitas kambium dan membentuk jaringan sekunder.








KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
  1. Batang adalah bagian tumbuhan yang berfungsi mentranspor zat-zat mentah dan produk-produk fotosintesis primer dan sekunder, melakukan fotosintesis, menyangga posisi daun, dan menyimpan cadangan makanan.
  2. Bagian batang secara umum yaitu epidermis, korteks, endodermis, stele, perisikel, empelur, dan berkas pengangkut yang terdiri atas xylem dan floem.
  3. Batang monokotil terdiri atas epidermis, korteks, sklerenkim, xylem,floem, empelur, dan berkas pembuluh, sedangkan batang dikotil terdiri atas epidermis, korteks, empelur, berkas pembuluh, xylem primer dan sekunder, floem primer dan sekunder dan kambium.
  4. Berkas pengangkutan (xylem dan floem) pada batang monokotil tersebar tidak beraturan, sedangkan pada batang dikotil letaknya tersusun dalam lingkaran.
  5. Batang monokotil tidak mengalami pertumbuhan sekunder sehingga tidak memiliki kambium, sedangkan batang dikotil mengadakan pertumbuhan sekunder oleh aktivitas kambium.
Saran
            Dalam melakukan percobaan sebaiknya menggunakan bahan dan alat yang bersih dan lilin yang dipotong dengan mikroton harus setipis mungkin agar bagian-bagian batang (anatominya) dapat dilihat secara jelas ketika diamati dengan mikroskop.



DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S., 1995. Holtikultura Aspek Budaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Fried, H.G. dan Hademenos, J.G., 2007. Teori dan Soal-Soal Biologi Edisi Kedua.            Erlangga. Jakarta.
Kartasapoetara, G.A., 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan.     Rineka Cipta. Jakarta.
Mulyani, S., 2006. Anatomi Tumbuhan. Kanisius. Yogyakarta.
Napitupulu, J.A., 1982. Pengantar Anatomi Tumbuhan. Fakultas Pertanian             Universitas Sumatera Utara, Medan.
Nugroho, H., Purnomo, dan Isirep, S., 2005. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.        Penebar Swadaya. Jakarta.
Pracaya, 2008. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta.
Raven, P.H., Johnson, G.B., Losos, J.B., and Singer, S.R., 2008. Biology Seventh Editition.        Higher Education. San Fancisco.
Rubatzky, V.E. dan Yamaguchi, M., 1998. Sayuran Dunia I. ITB Press. Bandung.
Rukmana, R., 2003. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Yogyakarta.
Setjo, S., Kartini, E., Saptasari, M., dan Sulisetio, 1999. Anatomi Tumbuhan.         Universitas Negeri Malang. Malang.
Soediarto, A., Koesomaningrat, M.T., Natasaputra,M., dan Akmal, H., 1965.         Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. UGM Press. Yogyakarta.
Steenis, V.C.G.G.J., 2003. Flora. Pradnya Paramita. Jakarta.
Sunarjono, H., 2000. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Taggart, R., and C. Starr, 2000. Plant Structure and Function. Brooks Cole.           Australia.
Tjitrosoepomo, G., 2007. Morfologi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.
Tjitrosomo, S.S., 1983. Botani Umum I. Angkasa Press. Bandung.
Warisno, 1998. Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar