KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu.
Adapun judul dari laporan ini adalah “Anatomi
Batang Monokotil Dan Dikotil” yang merupakan
salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Anatomi Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis tidak
lupa mengucapkan terima kasih kepada Prof. Ir. J. A. Napitupulu, MSc., Ir. Dartius,
MS., Ir. Meiriani, MP., dan Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP., selaku dosen mata kuliah Anatomi Tumbuhan serta abang
dan kakak asisten Laboratorium
Anatomi Tumbuhan yang
telah banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun dalam penyempurnaan laporan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................ 1
Tujuan Penulisan..................................................................................... 3
Kegunaan Penulisan................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.)................................................... 4
Botani Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)..................................... 6
Anatomi Batang Monokotil dan Dikotil................................................. 7
BAHAN DAN
METODE
Tempat dan Waktu Percobaan................................................................. 13
Bahan dan Alat........................................................................................ 13
Prosedur Percobaan................................................................................. 14
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Hasil......................................................................................................... 15
Pembahasan............................................................................................. 18
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan...............................................................................................
21
Saran.........................................................................................................
21
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dasar-dasar ilmu botani modern baru diletakkan pada abad ke XVII dan
XVIII, yaitu dengan dapat dijelaskannya hal-hal yang ganjil dan yang belum
jelas sebelumnya dengan cara melakukan percobaan dan penelitian-penelitian
sehingga terungkaplah hukum-hukum dasar mengenai
dunia tumbuh-tumbuhan. Cabang ilmu botani, misalnya anatomi yaitu ilmu yang
mempelajari bentuk dan susunan bagian dalam dari tumbuh-tumbuhan, baru
berkembang dengan penemuan mikroskop
oleh Leuwenhoek. Dan pada saat ini dengan sudah ditemukannya mikroskop elektron yang sangat tinggi pembesarannya
(10000 x) dan “phrase contrast microscope”
yang dapat membuat bagian hidup terlihat secara kontras maka terbukalah
lapangan yang masih sangat luas bagi para ahli anatomi terlebih-lebih para
cytologist (Napitupulu, 1982).
Tubuh tumbuhan terdiri atas batang
yang berperan dalam menyangga posisi daun, melakukan fotosintesis (terutama
pada tumbuhan herba yang batangnya tidak berkayu), mentransfer zat-zat mentah
dan produk-produk fotosintesis primer dan sekunder yang telah selesai dibuat,
dan menyimpan zat-zat makanan (Fried dan Hademenos, 2007).
Sebagai bagian tubuh tumbuhan,
batang mempunyai tugas untuk mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas
tanah yaitu daun, bunga, dan buah ; dengan percabangannya memperluas bidang
asimilasi, dan menempatkan bagian-bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian
rupa, hingga dari segi kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam
posisi yang paling menguntungkan ; jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan
dari bawah ke atas dan jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke
bawah ; menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan (Tjitrosoepomo,
2007).
Apabila kita melihat perkembangan
dari batang (onthogeny) maka akan terlihat pada ujung-ujungnya terdapat sel-sel
apical yang terus membelah yang membentuk primordia bagian-bagian lain. Apical
initial ini akan membentuk sel-sel yang serupa yang disebut promeristem.
Sel-sel promeristem mulai akan mengalami diferensiasi dengan terjadinya
perubahan-perubahan besar, bentuk, tebal dinding sel,dll, dan kemudian berubah
menjadi sel-sel permanen. Semakin tua bagian batang semakin lengkap susunannya.
Cabang-cabang umumnya terjadi pada jaringan-jaringan primer (Napitupulu, 1982).
Floem mengangkut zat-zat makanan
yang disintesis di daun menuju seluruh bagian tumbuhan. Berbagai zat bergerak
sepanjang protoplasma floem, tetapi yang paling banyak biasanya adalah sukrosa.
Sel-sel floem tetap hidup saat melaksanakan fungsi transpornya. Sukrosa,
fruktosa, dan asam amino biasanya bergerak dari daun menuju batang dan akar
tumbuhan melalui tabung tapis floem dalam suatu proses yang dikenal sebagai
translokasi. Konsentrasi yang tinggi dari gula atau zat terlarut lainnya dalam
suatu kompartemen sumber menyebabkan pergerakan air menuju kompartemen tersebut
melalui osmosis. Terdapat suatu gradien sukrosa di sepanjang floem, dan air
menggerakkan zat-zat terlarut sepanjang
tabung tapis yang sambung-menyambung (Fried dan Hademenos, 2007).
Pada daerah yang disebut bermusim
dingin, aktivitas kambium hanya berlangsung selama musim semi dan musim panas.
Pada musim semi dan panas kambium lebih aktif dan membentuk sejumlah besar
buluh di dalam ruang yang luas. Penambahan buluh diperlukan untuk transpor
cairan yang pada saat itu untuk memberi makan daun yang bertambah jumlahnya.
Pada musim dingin daun gugur, terjadi pengurangan kegunaan buluh untuk transpor
cairan, kambium kurang aktif dan memberikan pertambahan buluh noktah yang
sempit, trakeida, dan serabut kayu (Setjo dkk, 1999).
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari percobaan ini
adalah untuk mengetahui perbedaan anatomi batang monokotil pada tanaman jagung
(Zea mays L.) dan anatomi batang
dikotil pada tanaman mangga (Mangifera
indica L.).
Kegunaan
Penulisan
Adapun kegunaan penulisan laporan
ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
dapat mengikuti praktikal test di laboratorium Anatomi Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi
pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Adapun tanaman jagung (Zea mays L.) dalam Warisno (1998) diklasifikasikan dalam kingdom
plantae, divisio spermatophyta, subdivisio angiospermae, kelas monocotyledoneae,
ordo graminales, famili graminaceae, genus Zea, dan spesies Zea mays L.
Akar primer memulai pertumbuhan
tanaman. Kelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan
tumbuh menyamping. Akar yang tumbuh relatif dangkal ini merupakan akar adventif
dengan percabangan yang amat lebat yang member hara pada tanaman. Akar layang
penyokong memberikan tambahan topangan untuk
tumbuh tegak. Akar ini tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang
sebelum masuk ke tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Sistem perakaran tanaman jagung
terdiri dari akar-akar seminal, koronal, dan akar udara. Pertumbuhan akar
seminal pada umumnya menuju arah bawah, berjumlah 3-5 akar. Akar koronal tumbuh
dari bagian dasar pangkal batang, tumbuh kearah atas dari jaringan batang
setelah plumula muncul. Akar udara untuk memperkokoh batang terhadap kerebahan
dan berperan dalam proses asimilasi (Rukmana, 2003).
Batang tanaman jagung bulat
silindris, padat, dan berisi berkas-berkas pembuluh. Batang tanaman jagung
beruas-ruas, dan pada bagian pangkal batang beruas cukup pendek dengan jumlah
sekitar 8-20 ruas. Rata-rata tinggi tanaman jagung ± 1-3 meter di atas
permukaan tanah. Batang tanaman jagung dapat tumbuh membesar dengan diameter
sekitar 3-4 cm (Warisno, 1998).
Batang tertekan, massif, pada
pangkal kerap kali dengan akar tunjang, tidak berkembang baik. Pada ujung
batang terkumpul anak bulir yang jantan yang tersusun secara rapat (Steenis,
2003).
Daun jagung tumbuh melekat pada
buku-buku batang. Bagian permukaan daun berbulu, dan terdiri atas sel-sel
bulifor. Bagian bawah tidak berbulu. Jumlah daun tiap tanaman (pohon)
bervariasi antara 8-48 helai. Letak daun pada batang termasuk daun duduk
bersilangan (Rukmana, 2003).
Pada lidah daun (ligula) setiap
pelepah daun kemudian membengkok menjauhi batang sebagai daun yang panjang,
luas, dan melengkung. Lembar daun berselang-seling dan bentuknya rumput. Daun
panjang ini memiliki lebar agak seragam, dan tulang daunnya terlihat jelas,
dengan banyak daun kecil sejajar dengan panjang daun (Rubatzky dan Yamaguchi,
1998).
Bunga jantan dan bunga betina pada
tanaman jagung letaknya terpisah. Bunga jantan terdapat pada malai bunga di
ujung tanaman, sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol jagung. Bunga
betina dibungkus oleh kelopak-kelopak bunga yang jumlahnya sekitar 6-14 helai,
terdapat sejumlah rambut yang ujungnya membelah dua dan jumlahnya cukup banyak
(Warisno, 1998).
Tanaman jagumg berumah satu
(monoecius). Tanaman jagung bersifat protandry, yaitu bunga jantan matang
terlebih dahulu 1-2 hari dari pada bunga betina. Letak bunga jantan dan betina
terpisah, sehingga penyerbukan tanaman jagung bersifat menyerbuk silng/cross pollination (Rukmana, 2003).
Bakal buah berbentuk telur. Buah
masak kuning atau ungu. Panjang tongkol yang masak 8-20 cm. Biji jagung tersusun
dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah
antara 8-20 baris (Steenis, 2003).
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji,
dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna, dan kandungan
endosperm yang bervariasi. Biji jagung terdiri tas tiga bagian utama yaitu
kulit biji (seed coat), endosperm, dan embrio (Rukmana, 2003).
Botani
Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)
Adapun tanaman mangga (Mangifera
indica L.) dalam Steenis (2003) diklasifikasikan dalam kingdom plantae,
divisio spermatophyta, subdivisio angiospermae, kelas dicotyledoneae, ordo
anacardiales, famili anacardiaceae, genus Mangifera, dan spesies Mangifera indica L.
Akar tunggang tanaman mangga sangat panjang, dapat mencapai 6 m
dalamnya. Sesudah fase akar tunggang berhenti, lalu terbentuk akar cabang di
bawah permukaan tanah. Jumlah akar cabang makin ke bawah makin sedikit. Paling
banyak akar cabang terdapat pada kedalaman 30-60 cm di bawah permukaan tanah
(Pracaya, 2008).
Batang pohon mangga tegak, berdahan,
bercabang, dan beranting banyak. Cabang dan ranting mangga berdaun lebat
sehingga membentuk tajuk berbentuk kubah, oval, atau memanjang. Batang tanaman
mangga padat, kuat, dan tinggi (Sunarjono, 2000).
Daun mangga sederhana bentuknya, tidak berlidah daun (ligula), ukuran
daunnya bervariasi dari beberapa sentimeter hingga desimeter. Daun tumbuh
serempak. Tepi daun halus, kadang-kadang sedikit bergelombang. Permukaan daun
bagian atas hijau mengkilat, bagian bawah hijau muda (Ashari, 1995).
Bunga mangga terangkai dalam tandan sebagai bunga majemuk, tumbuh dari
tunas ujung. Bunga mangga merupakan hermaprodit (berkelamin dua, jantan dan
betina). Kelopak dan mahkota bejumlah lima. Panjang daun mahkota bunga dua kali
panjang kelopak bunga. Warna bunga kuning pucat. Benang sari ada lima. Kepala
putik berwarna kemerah-merahan. Masa bunga berlangsung selama 11-29 hari
(Pracaya, 2008).
Buah mangga merupakan buah buni, mengandung resin, mesokarpnya berdaging
dan bagian ini dinamakan daging buah mangga, sedangkan endocarpnya berserabut
kuat. Buah mangga relatif besar, bentuknya bulat sampai panjang. Buah yang
matang berwarna merah,kuning, atau hijau kebiruan, dan aromanya harum. Daging
buah tebal dan lunak (Sunarjono, 2000).
Biji tanaman mangga besar, gepeng, berkulit tebal dan liat. Biji
diliputi oleh daging yang tebal dan lunak. Bijinya sebagai alat perkembangbiakan
secara generatif. Biji berwarna putih tertutup oleh endocarp yang tebal,
mengayu, dan berserat. Biji ini terdiri dari dua keping yaitu monoembrional
(satu biji tumbuh satu tunas) dan
poliembrional (satu biji tumbuh lebih dari satu tunas) (Ashari, 1995).
Anatomi Batang Monokotil Dan
Dikotil
Bagian
dari aksis tumbuhan yang menopang daun dan organ reproduktif, dan biasanya
terletak di permukaan tanah disebut batang. Secara umum batang memiliki stele
dengan xylem dan floem, perisikel, endodermis, korteks, dan epidermis. Pada
batang berkas xylem dan floem terletak bersebelahan dan dalam radius yang sama.
Pada organ batang terdapat tiga bagian pokok yang berkembang dari jaringan
protoderm, prokambium, dan meristem dasar, yaitu epidermis dan derivatnya,
korteks dan stele. Ketiga bagian tersebut akan tampak jelas pada tumbuhan
dikotil, sedangkan pada tumbuhan monokotil batas antara korteks dan stele
kurang jelas (Nugroho dkk,
2005).
Epidermis
tersusun dari selapis sel dan merupakan lapis terluar batang. Epidermis
mempunyai stomata dan menghasilkan berbagai tipe trikoma. Sel epidermis
biasanya berbentuk rektanguler tersusun rapat tanpa adanya ruang antar sel,
dinding luar mengalami penebalan dari zat kutin. Derivat epidermis yang dapat
dijumpai adalah stomata, trikoma, sel silika dan sel gabus. Stomata kelak
berkembang menjadi lentisel (Taggart and Star, 2000).
Daerah
korteks terutama tersusun oleh parenkim sebagai jaringan dasar, di daerah
perifer kadang dijumpai kolenkim yang berkelompok atau membentuk lingkaran
tertutup. Bagian korteks yang paling dalam disebut floetherma. Korteks batang
adalah daerah berbentuk silinder di antara epidermis dan silinder pembuluh. Korteks
dapat terdiri dari seluruhnya atas jaringan tipis. Korteks batang dapat
berisikan sklereid, sel sekresi, dan latisifier (Raven et.al, 2008).
Stele
merupakan daerah di sebelah dalam dari endodermis yang terdiri atas perikambium, parenkim, dan
berkas pengangkut. Berdasarkan tipe berkas pengangkut, ada tidaknya empelur,
dan jendela daun maka stele dapat dibagi menjadi protostele, sifonostele,
diktiostele, eustele, dan ataktostele. Stele merupakan sistem jaringan primer
yang terdiri atas satuan berkas pengangkut beserta jaringan dasar pendukungnya
(misalnya empelur, perisikel, jaringan interfasikular),
baik tersusun secara sederhana maupun kompleks (Setjo dkk, 1999).
Xylem
(pembuluh kayu) meliputi trachea dan tracheid dan berfungsi mengangkut bahan
mineral dan air dari akar sampai daun. Floem berfungsi mengangkut bahan-bahan
dari bagian atas ke bagian bawah, jelasnya dari daun ke bagian organ lainnya,
seperti batang, akar, atau umbi. Xylem
dan floem membentuk berkas pengangkutan (Kartasapoetra, 1991).
Struktur
batang monokotil berbeda dengan struktur batang dikotil. Pada monokotil,
jaringan-jaringan pembuluh biasanya tersusun dalam berkas-berkas terpisah.
Akibat penyebaran berkas-berkas pembuluh yang berserakan ini, tidak dapat
dibedakan antara empelur dan korteks (Tjitrosomo, 1983).
Semua
sel pada untaian prokambium menjadi dewasa ke dalam xylem dan floem, karena itu
kambium tidak ada. Kambium berasal dari bagian dalam korteks dan tidak
membentuk floem ke luar dan xylem ke dalam sebagaimana lazimnya. Karena tidak
adanya meristem lateral, jaringan batang monokotil asalnya primer. Tidak adanya
pertumbuhan sekunder menyebabkan batang-batang monokotil berbentuk kolumnar dan
bukannya meruncing. Pada umumnya monokotil tidak mempunyai pertumbuhan sekunder
dari kambium pembuluh tetapi batangnya dapat berkembang menjadi tebal.
Penebalan ini berasal dari pembelahan dan pembesaran sel parenkim dasar disebut
pertumbuhan sekunder menebal (diffuse) (Mulyani, 2006).
Pada
kebanyakan monokotil, sistem pembuluh primer terdiri atas sejumlah besar ikatan
yang menyebar secara tidak beraturan dan pada sistem itu tidak memungkinkan
membedakan secara jelas batas antara korteks, silinder pembuluh dan empelur.
Pada beberapa monokotiledon, endodermis dengan dinding sel sekunder yang khas
dapat dirangsang sampai sejumlah besar pengaruh faktor-faktor luar (Soediarto dkk, 1965).
Pada
umumnya batang tumbuhan dikotiledon identik dengan dijumpai pada batang-batang
berkayu dikot dan kambium yang berfungsi. Jaringan pembuluh primer batang dikot
dapat membentuk suatu silinder yang kontinu. Berkas-berkas tersebut membentuk
kambium fasikular dan sesudah itu disatukan oleh perkembangan kambium
interfasikular. Umumnya terbentuk suatu silinder pembuluh lengkap yang terdiri dari jaringan-jaringan sekunder
(Tjitrosomo, 1983).
Jaringan
berkas pengangkut primer pada tumbuhan dikotiledoneae yang berasal dari sel-sel
perikambium hanya berfungsi pada saat tumbuhan dalam fase perkembangan,
kemudian fungsi pengangkutan digantikan oleh jaringan berkas pengangkut
sekunder yang dihasilkan oleh kambium vaskular. Akibat adanya pertumbuhan
menebal sekunder ini fungsi epidermis sebagai jaringan pelindung digantikan
oleh kambium gabus (Nugroho dkk,
2005).
Berkas
pengangkutan pada batang dikotil tertata dalam bentuk garios besarnya sebagai
lingkaran yang putus-putus. Setiap berkas vaskular terdiri atas tiga bagian
yaitu xylem, floem, dan kambium. Xylem dan floem dipisahkan oleh kambium yang
tersusun dari sel-sel yang meristematik. Pada tumbuhan dikotil jaringan permanen
primer membuat bagian-bagian fundamental tumbuhan, dan pertumbuhan berikutnya
dilaksanakan melalui aktivitas kambium yang disebut pertumbuhan sekunder.
Jaringan yang terbentuk selama pertumbuhan sekunder disebut jaringan sekunder
(Setjo dkk, 1999).
Berkas
vaskular batang dikotil biasanya kolateral terbuka dan tersusun teratur dalam
lingkaran. Berkas vaskular itu mengandung selapis sel kambium yang memisahkan
xylem dan floem yang disebut kambium fasikular, yaitu kambium yang berada di
dalam berkas vaskular (Soediarto
dkk,
1965).
Susunan
penampang melintang batang monokotil terdiri atas epidermis, korteks, berkas
pembuluh (vascular bundle) yang
terdiri dari xylem dan floem, endodermis yang berupa sklerenkim yang terdiri
dari sel-sel yang mati, dan empelur. Pada tumbuhan monokotil, korteks kadang
terdiferensiasi secara baik atau kadang-kadang sempit bahkan tidak dapat
dibedakan dengan stele. Pada tumbuhan monocotyledoneae dan beberapa jenis
lainnya, sel penyusun prokambium berdiferensiasi menjadi jaringan berkas
pengangkut primer (Nugroho dkk,
2005).
Pada
batang dikotil tubuh sekunder dibentuk dari pertumbuhan sekunder dengan
penambahan jaringan-jaringan sekunder pada tubuh-tubuh primer. Kambium berasal
dari prokambium yang terus meristematis. Kambium yang terjadi dari prokambium
ini disebut kambium fasikular. Sedangkan kambium yang terjadi dari interfasikular
parenkim disebut kambium interfasikular
(Napitupulu, 1982).
Batang dikotil ada tiga
daerah yang dapat dibedakan yaitu epidermis, korteks, dan stele. Lapisan
terdalam korteks adalah endodermis, terdiri atas selapis sel yang mengelilingi
stele dan mengandung banyak butir tepung. Stele terdiri atas tiga daerah pokok
yaitu perisikel, berkas vaskular, dan empelur. Berkas vaskular terdiri atas
tiga bagian yaitu xylem, floem, dan kambium. Pita kambium terletak di antara
berkas vaskular yang berdekatan disebut kambium interfasikular (Setjo dkk, 1999).
Batang
berperan dalam menyangga posisi daun, melakukan fotosintesis, mentraspor
zat-zat mentah dan produk-produk fotosintesis primer dan sekunder yang telah
selesai dibuat, dan menyimpan zat-zat makanan. Batang dan cabang-cabangnya
menyusun bagian tumbuhan yang disebut shoot
(taruk). Batang yang biasanya hijau melakukan fotosintesis dengan bantuan
sel-sel korteks yang mengandung sedikit kloroplas. Batang herba umumnya
memiliki stomata. Karena daun paling banyak terdapat di daerah yang jauh dari
batang pohon, aliran floem pada umumnya mengarah ke batang (Raven et.al, 2008).
BAHAN
DAN METODE
Tempat
dan Waktu
Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut. Percobaan ini
dilaksanakan pada hari Kamis 21 April 2011 pada pukul 08.00 WIB sampai dengan
selesai.
Bahan dan Alat
Adapun
bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang tanaman jagung (Zea mays L.) dan batang tanaman mangga ( Mangifera indica L.) sebagai objek percobaan, lilin paravin
sebagai media preparat basah batang,
xylot untuk membersihkan lensa agar pengamatan mudah dilakukan, tissue
digunakan sebagai pembersih,
aluminium foil digunakan sebagai tempat untuk mencetak lilin, spiritus sebagai
bahan bakar saat memasak lilin, immersion oil, combo red digunakan untuk memperjelas
bagian sel yang ingin diamati, selotip digunakan untuk memindahkan atau menempelkan objek
pengamatan ke preparat dan digunakan untuk menyambung cetakan.
Alat-alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah bunsen sebagai wadah bahan bakar (spiritus) saat memasak
lilin,
backer
glass sebagai wadah memasak lilin, batu bata untuk menjaga munsen agar api mencapai dasar backer glass, kaki tiga yang digunakan untuk
menopang backer
glass saat memasak lilin paravin, gunting yang digunakan untuk
memotong organ tanaman,
pengaduk untuk mengaduk lilin agar mencair
merata, mikroton digunakan untuk
memotong lilin, preparat untuk meletakkan organ percobaan, mikroskop untuk
mengamati objek, kain serbet sebagai pembersih, planel untuk membersihkan kaca mikroskop, alat tulis untuk menggambar
hasil pengamatan.
Prosedur Percobaan
-
Disediakan bahan dan alat yang digunakan
pada percobaan.
-
Dibuat cetakan yang
berbentuk kubus yang terbuat dari aluminium foil.
-
Dipanaskan lilin
parafin hingga meleleh secara merata, kemudian dituangkan dalam cetakan.
-
Didiamkan lilin
hingga dingin dan membeku.
-
Diletakkan organ
tanaman di atas lilin.
-
Dituangkan sisa
lilin pada bagian atas organ tanaman hingga tertutup seluruh permukaannya.
-
Didiamkan hingga
mengeras dan membeku.
-
Dipotong lilin yang
sudah jadi dengan mikroton.
-
Diambil bagian yang
tipis dan diletakkan pada preparat.
-
Ditambahkan immursion oil dan combo red.
-
Diletakkan
pada meja mikroskop untuk diamati.
- Digambar hasil pengamatan pada buku gambar.
|
|
|
|
|
|
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Gambar Penampang Melintang Batang Jagung
(Stem of Zea mays L.)
|
2. Gambar Penampang Melintang Batang Mangga
(Stem of Mangifera indica L.)
|
||||||
|
||||||
|
||||||
3.
Gambar Penampang Melintang Batang Monokotil (Stem of monocotyl)
1
2
3
4
5
6
7
|
Keterangan :
1.Epidermis
2.Korteks
3.Xylem
4.Schlerenchym
5.Empelur
6.Berkas
pembuluh
7.Floem
4. Gambar Penampang
Melintang Batang Dikotil (Stem of dicotyl)
1 2 3 4
5
6
|
|
Keterangan :
1. Epidermis
2. Kambium
Inter fasicular
3. Floem
primer
4. Floem
sekunder
5. Empelur
6. Xylem
sekunder
7. Xylem
primer
8. Berkas
pembuluh
Pembahasan
Pada batang monokotil
endodermis di bawah sklerenkim, pembuluh angkut terbesar dan tidak memiliki
jari-jari, biasanya tidak ada kambium dan empelur tidak dapat dibedakan dengan
korteks. Sedangkan pada batang dikotil, hipokotil berupa kolenkim, pembuluh
angkut tersusun teratur dalam lingkaran, jari-jari empelur berupa lingkaran,
parenkim di antara pengangkut dan dapat dibedakan dengan empelur.
Fungsi batang secara
anatomi adalah menyusun bagian tumbuhan yang disebut shoot (taruk), mentranspor zat hara dan mendukung bagian tumbuhan
lainnya. Hal ini sesuai dengan literatur Raven et.al (2008) yang menyatakan bahwa batang
berperan dalam menyangga posisi daun, melakukan fotosintesis, mentraspor
zat-zat mentah dan produk-produk fotosintesis primer dan sekunder yang telah
selesai dibuat, dan menyimpan zat-zat makanan. Karena daun paling banyak
terdapat di daerah yang jauh dari batang pohon, aliran floem pada umumnya
mengarah ke batang.
Secara anatomi batang
monokotil terdiri atas epidermis, korteks, sklerenkim, xylem dan floem,
empelur, dan berkas pembuluh. Hal ini sesuai dengan
literatur Nugroho dkk (2005) yang menyatakan bahwa susunan penampang
melintang batang monokotil terdiri atas epidermis, korteks, berkas pembuluh (vascular bundle) yang terdiri dari xylem
dan floem, endodermis yang berupa sklerenkim
yang terdiri dari sel-sel yang mati, dan empelur.
Batang
dikotil secara anatomi terdiri dari epidermis, korteks, sklerenkim, xylem
primer dan sekunder, floem primer dan sekunder, berkas pembuluh, kambium
interfasikular, dan empelur. Hal ini sesuai dengan literatur Setjo dkk (1999) yang menyatakan bahwa batang dikotil ada tiga
daerah yang dapat dibedakan yaitu epidermis, korteks, dan stele. Stele terdiri
atas tiga daerah pokok yaitu perisikel, berkas vaskular, dan empelur. Berkas
vaskular terdiri atas tiga bagian yaitu xylem, floem, dan kambium.
Batang
monokotil dan dikotil dibedakan atas pertumbuhan primer dan sekunder. Batang
monokotil tidak mengalami pertumbuhan sekunder. Hal ini sesuai dengan literatur
Mulyani (2006) yang menyatakan bahwa karena tidak adanya meristem lateral,
jaringan batang monokotil asalnya primer. Tidak adanya pertumbuhan sekunder
menyebabkan batang monokotil berbentuk kolumnar dan bukannya meruncing.
Batang
dikotil mengalami pertumbuhan sekunder yang dilaksanakan oleh aktivitas kambium
membentuk xylem sekunder dan floem sekunder. Hal ini sesuai dengan literature
Setjo dkk (1999)
yang menyatakan bahwa pada tumbuhan dikotil jaringan permanen primer membuat
bagian-bagian fundamental tumbuhan, dan pertumbuhan berikutnya dilaksanakan
melalui aktivitas kambium yang disebut pertumbuhan sekunder. Jaringan yang
terbentuk selama pertumbuhan sekunder disebut jaringan sekunder.
Perbedaan
anatomi batang monokotil dan dikotil lainnya adalah letak berkas pengangkut.
Pada batang monokotil berkas pengangkut tersusun secara menyebar dan tidak
beraturan. Hal ini sesuai dengan literatur
Soediarto dkk (1965) yang menyatakan bahwa pada
kebanyakan monokotil, sistem pembuluh primer terdiri atas sejumlah besar ikatan
yang menyebar secara tidak beraturan dan pada sistem itu tidak mungkin
membedakan secara jelas batas antara korteks, silinder pembuluh, dan empelur.
Sedangkan
pada batang dikotil, berkas pengangkutan tersusun teratur dalam lingkaran dan
terdiri atas xylem, floem, dan kambium. Hal ini sesuai dengan literatur
Soediarto dkk (1965) yang menyatakan bahwa berkas
vaskular batang dikotil biasanya kolateral terbuka dan tersusun teratur dalam
lingkaran. Setiap berkas vaskular terdiri atas tiga bagian, yaitu xylem, floem,
dan kambium.
Perbedaan
lainnya adalah ada tidaknya kambium. Batang monokotil tidak memiliki kambium
karena tidak mengalami pertumbuhan sekunder. Hal ini sesuai dengan literatur
Mulyani (2006) yang menyatakan bahwa pada tumbuhan monokotil semua sel pada
untaian prokambium menjadi dewasa ke dalam xylem dan floem, karena itu kambium
tidak ada, tidak membentuk floem ke luar dan xylem ke dalam sebagaimana
lazimnya.
Batang
dikotil memiliki kambium dan kambium tersebut mengadakan aktivitas pertumbuhan
sekunder. Hal ini sesuai dengan literatur Setjo dkk (1999) yang menyatakan bahwa xylem
dan floem dipisahkan oleh lapisan kambium yang tersusun dari sel-sel
meristematik. Pertumbuhan sekunder dilaksanakan melalui aktivitas kambium dan
membentuk jaringan sekunder.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
- Batang adalah bagian tumbuhan yang berfungsi mentranspor zat-zat mentah dan produk-produk fotosintesis primer dan sekunder, melakukan fotosintesis, menyangga posisi daun, dan menyimpan cadangan makanan.
- Bagian batang secara umum yaitu epidermis, korteks, endodermis, stele, perisikel, empelur, dan berkas pengangkut yang terdiri atas xylem dan floem.
- Batang monokotil terdiri atas epidermis, korteks, sklerenkim, xylem,floem, empelur, dan berkas pembuluh, sedangkan batang dikotil terdiri atas epidermis, korteks, empelur, berkas pembuluh, xylem primer dan sekunder, floem primer dan sekunder dan kambium.
- Berkas pengangkutan (xylem dan floem) pada batang monokotil tersebar tidak beraturan, sedangkan pada batang dikotil letaknya tersusun dalam lingkaran.
- Batang monokotil tidak mengalami pertumbuhan sekunder sehingga tidak memiliki kambium, sedangkan batang dikotil mengadakan pertumbuhan sekunder oleh aktivitas kambium.
Saran
Dalam melakukan
percobaan sebaiknya menggunakan bahan dan alat yang bersih dan lilin yang
dipotong dengan mikroton harus setipis mungkin agar bagian-bagian batang
(anatominya) dapat dilihat secara jelas ketika diamati dengan mikroskop.
DAFTAR
PUSTAKA
Ashari, S., 1995.
Holtikultura Aspek Budaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Fried,
H.G. dan Hademenos, J.G., 2007. Teori dan Soal-Soal Biologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.
Kartasapoetara, G.A., 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Rineka Cipta. Jakarta.
Mulyani, S., 2006. Anatomi Tumbuhan.
Kanisius. Yogyakarta.
Napitupulu,
J.A., 1982. Pengantar Anatomi Tumbuhan. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Nugroho, H., Purnomo, dan Isirep, S., 2005. Struktur dan Perkembangan
Tumbuhan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Pracaya, 2008. Bertanam Mangga. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Raven, P.H., Johnson, G.B., Losos, J.B., and Singer,
S.R., 2008. Biology Seventh Editition. Higher
Education. San Fancisco.
Rubatzky, V.E. dan Yamaguchi, M., 1998.
Sayuran Dunia I. ITB Press. Bandung.
Rukmana, R., 2003. Usaha Tani Jagung.
Kanisius. Yogyakarta.
Setjo,
S., Kartini, E., Saptasari, M., dan Sulisetio, 1999. Anatomi Tumbuhan. Universitas
Negeri Malang. Malang.
Soediarto, A.,
Koesomaningrat, M.T., Natasaputra,M., dan Akmal, H., 1965. Anatomi Tumbuhan
Edisi Ketiga. UGM Press. Yogyakarta.
Steenis, V.C.G.G.J., 2003. Flora.
Pradnya Paramita. Jakarta.
Sunarjono, H.,
2000. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Taggart,
R., and C. Starr, 2000. Plant Structure and Function. Brooks Cole. Australia.
Tjitrosoepomo, G., 2007. Morfologi Tumbuhan.
UGM Press. Yogyakarta.
Tjitrosomo, S.S., 1983. Botani Umum I.
Angkasa Press. Bandung.
Warisno, 1998. Jagung Hibrida. Kanisius.
Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar