Kamis, 05 Juli 2012

Daya Predasi Belalang Sembah (Stagmomantis Carolina Ol.) (Ortophtera:Mantidae)


KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dimana atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu.

            Adapun judul dari laporan ini adalah  “ Daya Predasi Belalang Sembah (Stagmomantis Carolina Ol.) (Ortophtera:Mantidae) yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis  tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ir. Marheni, MP selaku dosen mata kuliah Dasar Perlindungan Tanaman serta abang dan kakak asisten Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman yang telah banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dalam penyempurnaan laporan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

                                                                                                 Medan,  Maret 2011


                                                                                                        Penulis    

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
PENDAHULUAN
          Latar Belakang........................................................................................ 1
          Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
          Kegunaan Penulisan................................................................................ 2      
TINJAUAN PUSTAKA
         Taksonomi Serangga................................................................................ 3
         Daur hidup Serangga   ............................................................................ 4
         Daya Predasi............................................................................................ 8
         Pelestarian ............................................................................................... 10
 KESIMPULAN DAN SARAN
        Kesimpulan............................................................................................... 13
        Saran......................................................................................................... 13
DAFTAR  PUSTAKA
LAMPIRAN
   PENDAHULUAN
   Latar Belakang
              Pengendalian hama tanaman merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha tani. Belakangan ini ada anggapan bahwa pengendalian hama yang paling efektif adalah dengan penyemprotan pestisida. Namun, setelah terasa adanya dampak negatif dari penggunaan pestisida ini para ahli hama tidak lagi berkampanye untuk membesar-besarkan penggunaan pestisida.Penendalian hama lebih diarahkan dengan teknik pengendalian secara hayati, salah satunya menggunakan predator.
Pengendalian hayati merupakan taktik pengelolaan hama yang kita lakukan secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama. Pengendalian hayati merupakan proses pengendalian yang berjalan sendriri tanpa ada campur tangan atau kesengajaan yang dilakukan manusia.
Salah satu musuh alami adalah serangga predator. Predator adalah binatang atau serangga yang memangsa binatang atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Predator biasanya hidup bebas dengan memangsa binatang atau serangga lain.
Predator adalah sebutan bagi serangga yang menjadikan serangga yang termasuk dalam kategori hama sebagai mangsanya. Dalam hal ini, predator disebut sebagai musuh alami bagi serangga hama. Serangga predator biasanya memangsa serangga hama yang lebih kecil ukurannya atau lebih lemah dari dirinya sendiri. Untuk sekali makan, dan memangsa satu atau lebih serangga, biasanya serangganya aktif dan kuat, hidup terpisah dari mangsa mereka dan seringkali mencari serangga ke tempat berbeda untuk waktu makan yang berbeda.
Penggunaan predator sebagai agen hayati pengendalian hama tanaman memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan cara pengendalian lainnya karena aman, permanen dan ekonomis. Keamanan dari pemanfaatan predator merupakan faktor penting, sebab banyak musuh alami bersifat spesifik (khusus) terhadap mangsa tertentu. Oleh sebab itu tidak mungkin spesies bukan sasaran akan dipengaruhi oleh predator, seperti pada penggunaan pestisida yang berspektrum luas.
Salah satu contoh predator yang tergolong serangga adalah belalang sembah Stagmomantis carolina Ol. Belalang ini banyak digunakan sebagai musuh alami dalam pengendalian secara hayati pada beberapa jenis hama. Sebab itu, saat ini belalang sembah mulai dilestarikan.
Tujuan Penulisan    
            Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui daya predasi belalang sembah (Stagmomantis Carolina Ol.).
Kegunaan Penulisan
-          Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Hama Departemen Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
-          Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.




TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Belalang Sembah (Stagmomantis carolina Ol.)
Taksonomi serangga menurut http://wikipedia.org adalah sebagai berikut
Kingdom : Animalia
Filum       : Arthropoda
Kelas       : Insecta
Ordo        : Ortophtera
Family     : Mantidae
Genus     : Stagmomantis
Species    : Stagmomantis carolina Ol.
             Belalang mempunyai eksosekeleton yang berfungsi untuk melindungi organ-organ dalam. Eksosekeleton berupa kutikula yang terdiri atas zat khitin dan terbagi menjabi segmen-segmen. Antara segmen satu dengan lainnya terdapat sutura yaitu bagian lunak, dan berfungsi untuk memudahkan pergerakan abdomen, sayap, kaki, antenna, dan lain-lain. Setiap segmen tubuh tersusun dari potongan-potongan terpisah yang dikenal sebagai sklereit. Beberapa sklereit dari segmen khusus tidak dapat dibedakan sehingga sutura tidak berfungsi lagi. Tubuh belalang dibedakan menjadi 3 kelompok segmen yaitu kepala (caput), dada (torak) dan perut (abdomen). Kepala (caput) pada dasarnya tersusun atas 6 segmen yang berfusi. Keenam segmen tersebut tidak nampak lagi pada hewan dewasa, tetapai pada saat embrio teramati. Bukti adanya keenam segmen pada saat dewasa yaitu terlihat adanya 6 apendik yang meliputi pleural, antenna, interkalari, mandibula, maksila, dan labial. Eksosekeleton kepala dikenal sebagai epioranium yang terletak di sebelah belakang mata. Genae merupakan bagian yang terletak di kedua sisi lateral bagian kepala bagian depan. Sedangkan sklereit empat persegi panjang yang terletak dibawah epioranium depan disebut clypeus.
Pada kedua sisi kepala terdapat mata majemuk berwarna hitam. Mata majemuk dilindungi oleh bagian transparan dari kutikula yaitu cornea, dimana terbagi menjadi sejumlah besar potongan berbentuk segi enam yaitu disebut sebagai facet. Setiap facet merupakan ujung terluar dari suatu unit yang disebut onimatidium. Adanya struktur ini akan memberikan gambaran mazaik seperti dada udang. Di antara beberapa serangga, kemungkinan belalang mampu membedakan warna. Selain mata majemuk, belalang memiliki mata sederhana atau ocellus di daerah kepala bagian atas serta tepi sebelah dalam mata majemuk. Mata sederhana ini terdiri atas sekelompok sel-sel penglihatan yaitu retinula dan di bagian tengahnya terdapat batang optic yaitu rhabdom. Bagian terluar mata sederhana terdapat lensa transparan yang merupakan modifikasi dari kutikula. Selain mata, terdapat juga sepasang antenna yang panjang dan mobil (bergerak-bergerak). Antena belalang berbentuk benang dan tersusun atas sejumlah besar segmen. Pada antenna terdapat rambut-rambut sensori yang kemungkinan berfungsi sebagai indera pembau. Labrum atau bibir atas terletak di sisi ventral clypeus. Disebelah bawah labrum terdapat organ yang bentuknya seperti lidah yaitu hypopharynx. Disetiap sisinya terdapat rahang keras mandibula. Permukaan rahang ini bergigi untuk menggiling makanan. Disebelah bawah mandibula terdapat sepasang maxilla. Setiap maxilla terdiri atas cardo, stipes, lacinia, galea, dan palpus maxillary. Labium bawah terdiri atas submentum, mentum, ligula, dan palpus labial yang tyerdapat pada setiap sisinya. Labrum dan labium berperan memegang makanan diantara mandibula dan maxilla yang bergerak secara lateral untuk membedakan jenis makanan karena adanya organ-organ indera
(Pracaya, 2002).
             Dada (thorax) terdiri atas 3 segmen yaitu prothorax, mesothorax, dan metathorax. Tiap-tiap segmen tertutup oleh eksosekeleton, dibagian dorsal disebut tergum, disisi lateral disebut pleura, disisi ventral disebut sternum. Pada mesothorax dan metathorax masing-masing terdapat sepasang sayap. Sayap pada segmen mesothorax merupakan sayap anterior dan disebut tegmina. Sayap pada segmen metathorax merupakan sayap posterior. Ditinjau dari strukturnya sebuah sayap terdiri atas membrane atas dan membrane bawah sayap anterior berupa lembaran tebal tidak tembus cahaya, sedang sayap posterior berupa lembaran tipis dan transparan. Di sisi lateral mesothorax dan metathorax terdapat spirakel yang merupakan lubang dari system respirasi. Setiap segmen dada membawa sepasang kaki. Setiap kaki tersusun atas 5 segmen
(Pracaya, 2002).
              Perut (abdomen), segmen pertama abdomen berfusi dengan metathorax. Hasil penggabungan ini hanya terdiri atas tergum saja, dan disetiap sisi segmen terdapat membrane tympani berbentuk oval yang merupakan penutup sebuah kantung pendengaran. Pada segmen ke 9 dan ke 10, sternumnya berfusi. Segmen ke 11 hanya terdiri atas tergum saja dan membentuk alat genitalia. Pada hewan jantan terdiri atas lempengsubgenital, 2 lempeng podical, dan 2 cerci. Sedangkan pada hewan betina memiliki 2 lempeng podical, 2 cerci, dan 3 pasang lempeng yang dapat digerakkan dimana membentuk ovipositor, alat untuk meletakkan telur (Pracaya, 2002).


Belalang sembah bertelur dalam musim dingin dan telur-telurnya diletakkan pada ranting-ranting atau batang-batang rumput dalam satu pembungkus telur seperti busa (styrofoamlike) atau ooteka yang disekresikan oleh betina. Masing-masing bungkus telur mengandung 200 atau lebih telur. Bila dibawa ke dalam rumah dan dijaga hangat, telur-telur akan menetas pada akhir musim dingin atau permulaan musim semi, dan nimfa-nimfa, kecuali kalau dilengkapi dengan makanan, akan makan satu sama lainnya sampai seekor nimfa yang besar tetap tinggal (Borror,dkk.1992).
Biologi Belalang Sembah (Stagmomantis carolina Ol.)
Biologi (siklus hidup) belalang sembah menurut Jumar (1997) adalah sebagai berikut :
Telur diletakkan pada cabang tanaman dalam sarang yang dibentuk oleh betina. Masing-masing sarang bisa berisi 200 telur atau lebih. Telur berwarna cokelat kemerahan.Lama stadia telur adalah 5-8 minggu.
Nimfa keluar dari sarang telur secara bersama-sama. Nimfa kelihatan seperti dewasa kecuali dia lebih kecil dan sayap belum sempurna. Nimfa ganti kulit beberapa kali. Nimfa berwarna putih, kuning ,ungu, dimana bentuk dan warnanya berubah seperti warna bunga. Nimfa mengalami 5 instar.
Imago kawin dan betina bertelur dalam sarang. Biasanya betina makan jantan langsung setelah kawin atau sambil kawin. Imago berwarna hijau cerah. Stadia imago kurang lebih 4 bulan.











Daya Predasi
Belalang sembah mudah dikenal karena kaki depan dibentuk khusus untuk
menangkap dan memegang mangsa. Kepalanya bisa bergerak dengan bebas, sehingga serangga ini satu-satunya yang mampu menoleh ke belakang. Belalang sembah memakan banyak jenis serangga, termasuk  hama-hama lada seperti pengisap buah lada (Dasynus piperis),hama-hama jambu mete seperti kepik pengisap(Helopeltis) jangkrik, belalang, ulat dan beberapa jenis kutu. Belalang sembah biasanya menunggu sampai mangsa cukup dekat, dan dia menangkap mangsa dengan gerakan cepat menggunakan kedua kaki
depannya yang dilengkapi duri kecil untuk menusuk mangsanya (Jumar, 1997).
            Mangsa yang biasa untuk mantis adalah ngengat, lalat, jangkrik, belalang, dan juga belalang sembah lainnya. Belalang sembah memiliki sistem pencernaan yang kuat, yang memungkinkan mereka untuk devor ular kecil bahkan jika perlu dilakukan. Mereka biasanya menggigit mangsa mereka pada leher untuk melumpuhkan dan kemudian mulai makan dari depan untuk memastikan perjuangan sedikit. Mereka memiliki selera makan yang besar dan rata-rata belalang dikenal untuk makan sampai enam belas jangkrik sehari
Belalang sembah merupakan salah satu dari serangga pembunuh terbaik dengan dukungan fisiknya yang menunjangnya sebagai predator sejati. Meskipun spesiesnya juga banyak, namun belalang sembah atau mantis terkenal akan kaki depannya yang didesain khusus untuk menangkap mangsanya. Serangga ini menunggu mangsanya dengan mengandalkan kamuflase tubuhnya dan ketika mangsanya lewat, ia akan segera menyergap dengan kecepatan tinggi. Belalang sembah biasanya memangsa hewan - hewan kecil. Serangga ini juga dikenal memakan mangsanya secara langsung karena ia juga memiliki rahang yang kuat (Djafaruddin, 1996).
            Belalang sembah adalah serangka pemangsa tingkat tinggi dan merupakan serangga karnivora yang makan segala macam serangga dan terkadang bersifat kanibal. Mereka biasanya diam dan menunggu korban mereka dengan tungkai-tungkai depan dengan posisi yang diangkat ke atas. Serangga ini mempunyai cara kamuflase atau penyamaran yang baik, ada yang mirip seperti daun, ranting, bunga dan sebagainya, sehingga tidak dikenali oleh mahluk yang lainnya, termasuk mangsanya (http://www.puslittan.bogor.net).
Belalang sembah atau belalang sentadu sangat selektif dalam memakan mangsanya. Serangka ini tidak memakan semua bagian tubuh mangsanya dan seringkali menyisakan kaki, sayap dan beberapa bagian tubuh lain yang tidak disukai (Borror, dkk. 1992).
            Serangga yang lebih dikenal dengan belalang sembah merupakan serangga yang berjalan lamban, besar dan memanjang yang penapilannya menanjukan karena keaneha tungkai belakang yang mengalami modifikasi. Serangga jenis ini merupakan predator atau pemangsa tingkat tinggi dan makan segala macam serangga (termasuk belalang sembh lainnya). Biasanya belalang sembah akan menunggu mangsa dengan posisi diam dan menuggu mangsa dengan tungkai-tungkai depan diangkat ke atas. Belalang sembah sangat bermanfaat sebagai agen pengontrol biologik, dan orang dapat menempatkannya di kebun untuk mengendalikan serangga hama (Kusnaedi, 1999).
           
Pelestarian
            Adapun cara pelestarian Belalang sembah (Stagmomantis carolina Ol.) adalah sebagai berikut :
Mengundang predator alami. Menjaga keseimbangan alam adalah cara untuk mendukung adanya predator alami  yang dapat mengontrol lonjakan-lonjakan hama. Sehingga terciptanya keseimbangan dalam siklus mahkluk hidup pada lahan kita. Dengan demikian betapa pentingnya menjaga pelestarian predator alami guna mendukung kita dalam mengontrol lonjakan hama (http://www.puslittan.bogor.net).
            Adapun hal-hal yang dapat kita lakukan untuk menjaga kelangsungan siklus ini agar dapat bertahan adalah :
  • Mencegah pembukaan lahan secara serampangan.
  • Tidak melakukan pembakaran akibat pembukaan lahan.
  • Melakukan penanaman pada lahan yang tandus/terbuka.
  • idak melakukan penyemprotan dengan mengunakan bahan-bahan kimia.
  • Tidak melakukan perburuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Secara alami dengan melindungi, melestarikan atau memberi kesempatan kepada musuh alami untuk berkembang biak lebih banyak, juga diusahakan untuk memelihara dan melakukan pelepasan musuh-musuh alami, dan  Secara klasik dengan mengimpor musuh-musuh alami dari daerah asal hama, kemudian mengembangkannya secara massal dan melepaskan ke lapangan untuk menekan populasi serangga hama sasaran (http://www.puslittan.bogor.net).

  Penggunaan serangga predator dalam pengendalian serangga hama tanaman padaumumnya dapat dilakukan melalui empat kegiatan yaitu: introduksi, perbanyakan, pelepasan,dan pelestarian.1. Introduksi.Untuk pengendalian hama disuatu daerah yang belum ada parasitnya, perlu dilakukanimpor atau introduksi parasit dari luar negeri (http://www.puslittan.bogor.net).
tindakan konservasi yang dapatdilakukan yaitu :
Penggunaan pestisida secara terbatas dan selektif, menyediakan tempat perlindungan parasit, memodifikasi sistim budidaya tanaman
            Augmentation Metode: Metode augmentasi adalah jenis lain atau jenis pengendalian biologis atau metode biokontrol. Dalam teknik ini, debit tambahan musuh alami yang terlibat. Metode ini musiman mengendalikan hama, dengan memperkenalkan musuh alami. Predator hama tidak enduringly, diakui dan didirikan di sekitar atau lingkungan. Daripada itu, hama ini adalah tahunan diperkenalkan untuk mengelola dan mengendalikan hama musiman. Metode augmentasi juga dikenal sebagai teknik inundativeDalam proses ini, ada pengenalan massa predator untuk mengendalikan dan menghancurkan hama. Serangga berguna dan perlu digunakan sebagai pestisida menguntungkan. Teknik ini bertahan lama dan ekonomis (Kusnaedi, 1999).
Metode Konservasi: konservasi adalah teknik kontrol biologis untuk serangga yang mencoba untuk melestarikan atau melindungi jenis musuh alami hama. Banyak kali, teknik ini menggunakan penurunan pestisida yang mungkin menebangi musuh alami hama, atau sebuah kontrol untuk pestisida, yang mungkin memiliki hasil yang lebih landai pada predatorSelain itu, pelestarian melibatkan naik atau tumbuh dari beberapa tanaman yang menopang musuh hama. Ini bergerak atau pendekatan adalah sebuah penggabungan dari shielding agen biokontrol dan menyediakan aset atau sumber daya sehingga mereka dapat lebih mujarab (Kusnaedi, 1999).
            Tetapi biasanya jika belalang sembah tidak memperoleh makanannya dari serangga lain maka belalang sembah akan memakan tumbuh-tumbuhan, sehingga belalang sembah dapat merugikan tanaman. Oleh sebab itu populasinya harus tetap dijaga dalam kondisi yang stabil (http://wikipedia.org/belalang_sembah).













KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Belalang semabah (Stagmomantis carolina Ol.) termasuk serangga yang berperan      sebagai musuh alami,yakni predator pada beberapa jenis hama.
2.      Belalang sembah (Stagmomantis carolina Ol.)  merupakan serangga dengan metamorphosis tidak sempurna. Daur hidupnya meliputi Telur – Nimfa – Imago.
3.      Beberapa jenis hama yang merupakan makanan bagi belalang sembah antara lain adalah hama-hama lada seperti pengisap buah lada (Dasynus piperis), hama-hama jambu mete seperti kepik pengisap(Helopeltis) jangkrik, belalang, ulat dan beberapa jenis kutu.
4.      Karena merupakan musuh alami hama (Predator) maka populasi belalang sembah harus dilestarikan dengan cara menjaga habitat belalang, menyediakan sumber makanan, tidak menggunakan pestisida maupun bahan kimia lain yang dapat mengganggu kelangsungan hidup belalang sembah.
5.      Perlu diingat bahwa populasi belalang sembah harus tetap stabil agar tidak terlalu berlebihan yang akhirnya akan menimbulkan kerugian bagi manusia.
Saran
Belalang sembah (Stagmomantis carolina Ol.) harus tetap dijaga kelestariannya. Karena belalang berguna dalam mengontrol hama. Tetapi biasanya jika belalang sembah tidak memperoleh makanannya dari serangga lain maka belalang sembah akan memakan tumbuh-tumbuhan, sehingga belalang sembah dapat merugikan tanaman. Oleh sebab itu populasinya harus tetap dijaga dalam kondisi yang stabil.


DAFTAR PUSTAKA
Borror, J.Donald. Charles A. Triplehon. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi          Keenam (terjemahan). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Djafaruddin. 1996. Dasar- Dasar Perlindungan Tanaman. Bina Aksara. Jakarta.

      Diakses 1 Maret 2011


Jumar. 1997. Entimologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta.

Kusnaedi. 1999. Pengendalian Hama Tanpa Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pracaya. 2002. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.







1 komentar: